Kapan nyusul seperti pak Dhe ?

Senang membaca cerpen-cerpen dari temen2, membuat aku pun ingin membuat sebuah cerpen. Topik apa dan bagaimanakah ceritanya, itu yang menjadi masalah kemudian. Ya aku pikir sesuka hati ku saja lah membuatnya. Toh ini cerita belum tentu ada yang mau baca.


#start
Siang ini aku sangat kelelahan dengan berbagai macam tugas kuliah yang harus dikumpulkan siang ini. Belum lagi suasana jalanan kota yang runyam, asap mengebul dan panasnya sang mentari yang dari tadi melotot di atas kepalaku. Tak ambil pusing karena itu, segera saja aku menancap gas menuju sebuah kampus yang sangat terkenal dengan dasi nya ini. Dan semoga aku tidak lagi telat masuk kuliah seperti biasanya.

Yah ternyata memang aku sudah telat, namun aku masih bisa mengumpulkan secarik kertas dengan bubuhan nama lengkapku di bagian headernya. Masih hangat begitulah kertas itu saat aku pegang masuk kelas yang sangat dingin karena AC yang terlalu over membekukan seisi ruangan. Aku pun terheran karena semua orang di kelas membawa lipatan kertas juga, yang pastinya aku tau itu bukan tugas yang akan dikumpulkan siang ini.

'Undangan' ini yang bisa aku baca samar-samar setelah lipatan kertas itu diberikan oleh mas ketua kelasku sambil bilang, 'datang yah' - melempar senyuman. 'Iyah pastinya bos!', langsung saja aku menyahutnya. Ternyata itu adalah undangan pernikahan mas ketua kelas.

Memang mas ketua pada dasarnya berasal dari keluarga kaya raya melimpah ruah. Wajar saja bagi dirinya menikah di usia muda bukan hal yang sulit. Hari rabu minggu depan merupakan hari dimana mas ketua menikah, *setelah aku menghitung-hitung dan mencocokan hari pada kalender di smart-phone ku dan hari yang tertulis di lipatan undangan itu.

Mungkin pesta pernikahan ini bukan pesta biasa. Karena semua orang yang satu kelas dengan ku dan keluarga besar kampusku datang pada pesta pernikahan mas ketua ini. Jika mengingat - ingat memang kelas kami belum pernah mengadakan acara yang mendatangkan seluruh orang kelas atau yang sering disebut 'makrab kelas'. Namun jangan disangka kelas kami tidak akrab karena belum pernah melakukan makrab kelas.

Di tengah perbincangan hebat itu semua temen-temen yang datang pada pesta membecirakan tetang waktu pernikahan. Sebenarnya lebih enak nikah di usia muda atau nikah di usia dewasa bahkan ada yang meliarkan pikirannya dengan menikah di usia kakek-kakek. Hanya masalah waktu bukan? itu kataku.

Lalu seorang teman yang dikenal sangat bijak dan pintar di kelas kami bertanya padaku, "kalau kamu kapan nyusul bro?". Secepat kilat pikaranku terlempar pada SKRIPSWIT ku yang tidak kunjung reda karena penyakit malas yang akhir-akhir ini mengidap di tubuhku. Karena aku hanya terdiam melamun, orang-orang menjawab pertanyaan mas bijak itu. "kalau aku nunggu pacarku siap", "kalau aku sudah tunangan, jadi bentar lagi", "kalau aku setelah lulus mungkin langsung", "kalau aku masih nunggu pasangan, masih jomblo batangan"... Itu adalah beberapa jawaban dari orang-orang yang berhasil terekam di otakku. Aku masih diam dan memikirkan aku kapan nikah nya dan kapan skripsiku selesai. Keduanya memang sangat sulit untuk dijawab. aku hanya bilang, "ah ndak tau... kapan kapan mungkin :D".

Malam itu memang soal kapan 'nyusul nikah' mas ketua menjadi perbincangan yang paling HOT diantara kami. Walaupun aku tidak bisa banyak berkomentar.

Setelah masuk kuliah seperti biasa pun aku berusaha untuk melupakan tetang masalah semalam tentang nyusul nikah ituh. Namun ndak tau kenapa semua orang di dalam kelas masih saja membicarakan hal itu. Apakah itu berarti orang-orang ini sudah kebelet nikah? ya saya ndak tau semoga saja iya. ha ha ha ha

Saat bel istirahat berbunyi siang ini, sudah aku pastikan kantin kampus akan segera terpenuhi oleh orang-orang kelas ini. Karena perkulihan dimulai dari jam 7 pagi sampai jam 01.00 tidak kunjung henti, apalagi diperparah dengan dua kali presentasi yang menguras tenaga semua orang di kelas. Dan aku yakin belum ada satu orang pun yang sudah melalukan sarapan apalagi makan siang.

Wajah-wajah kelaparan yang saya lihat mulai berubah. Sekarang wajah itu bertambah menjadi wajah kecewa plus kelaparan dan pucat. Tak disangka dan dinyana kantin kampus tutup. Entah kenapa tanpa ada pemberitahuan seperti biasanya kantin kampus tutup siang ini. Setelah usik punya usik, telisik punya telisik, usut punya usut zzzzzzzzz kantin kampus karena pak Dhe (sapaan akrabnya) yang setia berjualan di kantin kampus telah meninggal dunia. Mas ketua langsung memberikan mandat ke orang-orang, kita akan takziah siang ini juga.

Suasana hening, yang terdengar hanya isak tangis dari keluarga almarhumah pak Dhe. Semua orang dengan wajah kelaparan tadi, serentak merubah raut mukanya. Dari yang sebelumnya hanya kelaparan, pucat, kecewa sekarang bertambah lagi dengan wajah sedih di hari kamis.

Saat keluarga meminta izin meninggalkan kami diruangan itu, karena akah mengurus jenazah almarhumah, kami memutuskan untuk masih tetap duduk di ruangan itu. Karena tidak ada seseorang pun yang berkata-kata suasana hening dan membosakan, aku membatuk kecil "ehm, ehm..."

Semua perhatian ditujukan padaku, aku bertanya pada kalian semua... jika kemaren saat pesta pernikahan kalian bergunjing dan bertanya-tanya kapan nyusul nikah seperti mas ketua. Sekarang aku bertanya pada kalian semua, "Kapan nyusul seperti pak Dhe?"

Wajah sinis pun langsung tertuju padaku dan aku hanya memandangi mereka wajah demi wajah.